Hello! Liburan kali ini gw dan temen-temen pergi ke Pantai Bajul Mati yang ada di Malang Selatan. Kali ini kita sekaligus nemenin temen yang dateng dari India, Sapna.
Oke, awalnya kita ragu buat ke pantai. Karena nggak ada yang bisa bawa mobil manual dengan lancar plus jalanan menuju pantainya agak mengerikan. Tapi dengan modal nekat, gw dan Fina test drive menuju Payung yang ada di atas bukit dengan Rusdiana dan Fatimah sebagai korban. Setelah beberapa kali muter, akhirnya lumayan lancar juga bawa mobil manual, tapi Fina masih kurang lancar ngatur kopling saat jalanan menanjak dan kita harus berhenti, pasti mobilnya mati. Fatimah udah teriak-teriak dan maksa supaya besok pagi kita ga usah nyetir dan dia bakal manggilin supir, Fina kekeuh nggak mau.
Setelah test drive, gw sampe kamar sekita jam 1 malem, langsung minum obat tidur 2 tablet dan mencoba untuk tidur. Tapi nihil, gw ga bisa tidur dan melek sampe pagi.
Jam 6 pagi, gw dan Fina pergi ke rumah keluarga yang ditinggali Sapna untuk jemput dia, sementara Fatimah masak untuk makan siang plus sarapan di kosan Fina. Setelah menjemput Sapna, kita langsung menuju kosan Fina dan menjemput Fatimah, Rusdiana, dan Danu (buddynya Sapna). Akhirnya kita jalan dan menjemput satu teman lagi, Azis. Setelah berkumpul semua, kita berangkat menuju pantai sekitar jam 7:35. Oh ya, akhirnya gw yang nekat bawa mobil sampai ke tujuan loh.
Butuh 2-3 jam untuk sampai di pantai yang kita tuju, jalanannya berkelak-kelok dan naik turun. Agak bikin gw deg-degan karena jalanannya juga bikin kita pusing. Di perjalanan Fatimah dan Fina ngobrol dengan Sapna tentang Bollywood, mereka tukeran lagu, nyanyi-nyanyi India, sampe nari-nari ala India. Sapna tergolong orang yang nggak sabaran, entah karena dia bosen di mobil, pusing, atau emang gak sabar mau berenang, karena di perjalanan dia selalu nanya "is it still far?" 3/4 perjalanan sudah berlalu, tiba-tiba Sapna minta berhenti. Yes, she felt dizzy dan mau muntah karena kondisi jalan yang memang lumayan memusingkan. Akhirnya gw berhentiin mobil di pinggir jalan, kita berhenti sekitar 10 menit untuk mencari udara segar. Akhirnya kita lanjut, setelah memasuki hutan dengan background jejeran bukit, Sapna langsung kagum dan bilang "wow, that's beautiful!" dan Fina langsung nyeletuk bilang kalo itu belum apa-apa, nanti pantainya lebih luar biasa. Perjalanan berangkat bisa dibilang cukup lancar ya, karena tanjakannya tidak terlalu curam dan lebih banyak menurun.
Di daerah Malang selatan ini ada beberapa pantai yang bagus-bagus dan masih bisa dibilang perawan, karena sepi. Tinggal pilih aja mau ke pantai mana. Ketika memasuki daerah pantai-pantai ada bukit batu dan sungai air payau yang airnya biru dan membelah jalan kita, tapi belahan sungai tersebut dihubungkan dengan jembatan yang modelnya unik. Kita berhenti sebentar untuk foto. Sayang, kita nggak foto di jembatannya.
Setelah berpanas-panasan sebentar di dekat jembatan untuk sekedar foto dan melihat keadaan sekitar, akhirnya kita melanjutkan perjalanan yang tinggal beberapa menit lagi. Setibanya di pantai, kita masuk dan membayar Rp. 40.000 untuk 7 orang pengunjung ditambah mobil. Setelah memarkirkan mobil, kita turun dan melihat keadaan sekitar. Sepi banget! Cuma ada beberapa rombongan di pantai itu yang bisa dihitung oleh jari tangan. Lalu kita mencari warung terdekat untuk membeli nasi, karena Fatimah cuma memasak lauknya. Abis beli nasi, kita menuju salah satu tempat duduk yang dipayungi di tengah pantai untuk Brunch.
Setelah Brunch, kita duduk-duduk sebentar sambil foto-foto. Hari itu panas banget, pasir pantainya pun seperti berada di atas kompor. Sampai Sapna bilang "This is so damn hot, i never felt this Hot in India." Dan kita cuma kayak yang "Hahahah, udah biasa keleus begini di Indonesia."
Pantai yang ditunjukin Fina emang lebih sepi, bersih, dan halus pasirnya. Gw langsung buka celana, dan temen-temen pun ngikutin untuk ganti baju dan celana untuk main air sebentar dan foto-foto. Semua gadget, dompet, dan apa pun yang gw punya, gw titipin di dalem tasnya Rusdiana. Sapna, Rusdiana, dan Danu meletakkan tas mereka di samping batu karang besar yang misahin pantai ini tadi, begitu pun Azis dan gw, kita meletakkan celana dan baju disitu.
"Is it safe?" tanya Sapna ke gw.
"Ya. Don't worry, there are some securities here" Jawab gw seadanya.
"Okay. Let's swimming!"
Fina ngajak kita untuk menuju ujung pantai, it took like 20 minutes to get there. Kita jalan sambil main air, sambil foto-foto, sambil ketawa-tawa. Belum jauh dari tas yang kita tinggalin, gw ngeliat ada bapak-bapak berambut panjang, nggak pake baju dan memakai celana biru pendek jalan dari arah batu karang ke arah kita. Gw liatin terus, lalu dia balik lagi dan menghilang. Beberapa menit kemudian saat kita jalan semakin jauh dari pantai, gw ngeliat ada bapak-bapak dengan celana hitam panjang ada di pantai itu juga, gw ngeliatin terus ke arah dia, dan karena gw ga mau kehilangan kesempatan bersenang-senang, ga mau lah gw ngeliatin dia terus dan mengabaikan keindahan pantainya. Ya, kita jalan terus sampe ujung dari pantai itu.
Udara semakin panas karena makin masuk tengah hari. Pasir pantai pun ikut memanas, makanya kita milih jalan dipinggir pantai yang terkena air. Jalan menuju ujung pantai lumayan jauh, bikin capek juga, apalagi panas-panas begitu, tapi akhirnya kita sampai juga di ujung pantai. Di ujung pantai ada bangunan yang entah apa itu fungsinya, gw duduk disitu sama Danu sambil ngadem. Sementara yang lain sibuk main air sambil foto-foto. Fatimah sama Fina pecicilan bukan main, sampe naik-naik ke reruntuhan bangunan di pinggir pantai. Nggak lama, Sapna dateng dan duduk disamping gw karena kecapekan dan kepanasan.
Setelah ngeliatin mereka foto-foto, Sapna ngajak gw balik ke pantai awal. Gw iya-in aja kemauannya karena gw jg capek dan kepanasan banget. Akhirnya Gw ber-5 jalan duluan ke arah batu karang besar, Fina dan Fatimah masih sibuk foto-foto berdua di ujung pantai. Di tengah perjalanan Azis ngajakin balap lari, gw iya-in kemauan dia. Sejurus kemudian gw melesat lari ninggalin temen-temen termasuk Azis di belakang dan dia nyerah. Sampai di tengah perjalanan balik, kita nemu Kepiting yang awalnya kita kira mati, tapi ternyata masih hidup.
Setelah semakin deket sama batu karang besar, "Is my bag still there?" Tanya Sapna dengan tampang panik. "Yes. Don't worry." Jawab gw santai. "But i can't see them there." kata Sapna dengan wajah yang makin panik. Akhirnya gw sama Azis lari ke batu karang besar dan bener aja. Tas Rusdiana dan Sapna udah nggak ada. OMG.
"OMG. Where's my bag? Can we find it, please?!" Sapna ngerengek. Gw bingung juga karena nggak tau harus ngapain.
"Calm down, we're gonna find it. Let's back and ask the people"
Gw, Azis, dan Sapna sampe ke warung tempat beli nasi duluan.
"Bu, liat tas kita nggak tadi?" tanya gw.
"Hah? Tas apa? Memang dari mana?"
"Tas bu. Kita abis dari pantai sebelah, kita taro tas di karang besar gitu, pas balik udah nggak ada"
"Wah nggak tau, coba cepet laporan ke pos deh disana."
"What just she said?"
"We have to go to the security post to ask them."
Di pos penjaga, ada beberapa bapak-bapak sedang asik tidur-tiduran sambil ngobrol.
"Pak, ngeliat tas nggak?"
"Wah tas apa ya?"
"Tadi kita lagi main di pantai, tasnya kita taro di pinggir karang, trus pas balik udah nggak ada"
Bapak-bapak itu langsung bangun dan wajahnya berubah jadi serius.
"Please. Help me to find my bag. Pleasee.." Sapna ngerengek lagi dengan tampang mau nangis.
"Calm down, Sapna. We're gonna find it. Don't worry."
Akhirnya gw ceritain semuanya ke para penjaga pantai itu. Dari kita sampe, makan, ganti baju, liat orang pake celana biru, celana hitam, sampe balik dan tiba di pos. Fina dan Fatimah belum juga dateng pas gw cerita itu semua ke para penjaga, entah mereka lagi ngapain.
"Ayo, kamu inget kan ciri-ciri orangnya kayak gimana? Ikut saya! Kalau kamu ngeliat, langsung tunjuk, biar saya langsung tangkep" kata bapak-bapak itu ke gw sambil nyuruh gw naik ke motornya.
- US $140
- 8000 Rupe
- Rp. 850 ribu
ya itu semua yang hilang. Bodohnya itu pencuri, tas kamera punya Danu yang ditinggal, isinya masih ada. Padahal ada dompetnya Danu, di celana Danu pun ada Hpnya dan masih utuh nggak keambil oleh itu pencuri. Akhirnya kita diinterogasi lagi tentang bagaimana ciri-ciri orang yang kita liat.
Gw ngeliat bapak-bapak dengan celana pendek biru sedang duduk di depan rumahnya nggak jauh dari pos kita berada. Dia menghisap rokok dengan tenangnya, istri dan anaknya pun ada di depan rumahnya. Gw yakin itu orang yang gw liat tadi jalan di deket tas yang kita tinggal. Yakin banget!
"Orangnya kayak yang dibelakang saya bukan?" tanya salah satu penjaga sambil berbisik.
"Iya, mas. Tapi saya nggak yakin kalau dia yang ambil. Soalnya tadi ada 3 orang yang kesana, dan kita nggak tau siapa malingnya"
"Wah kamu harus yakin. Kalo nggak bener nanti malah jadi fitnah"
"Ya saya kan ga liat jelas, mas. Jaraknya jauh, jadi ga keliatan wajahnya dan bener atau enggaknya dia ngambil"
"hmmmm"
akhirnya kita nggak ngelakuin apa-apa. Jam sudah menunjukan pukul 12:45, sejak tiba di pos jam 11:30 tadi kita nggak melakukan apa-apa lagi selain perjalanan gw ke hutan tadi. Fina panik karena Sapna itu tanggung jawabnya, dia bingung harus berbuat apa, Rusdiana diem aja, Azis dan Danu muter nyari info, Fina ikutan nyari info beberapa saat kemudian, Fatimah ngambil mukena dan milih untuk sholat di masjid terdekat. Gw? Bingung. Ngerasa nggak enak sama Sapna karena gw bilang "it's safe" ke dia, tapi ternyata malah hilang. Akhirnya tinggal gw, Sapna, dan Rusdiana yang ada di pos itu, cuma diem nggak ngerti harus apa.
Kemudian Fatimah dateng sambil cengengesan, dia mencoba menghibur dan menguatkan Sapna, tapi nggak ngaruh. Sapna malah makin sedih. "I don't care with the cash, i just want my phone back" begitu terus rengekkan Sapna. Akhirnya Sapna ngeluarin buku kecil entah itu apa, ternyata itu buku untuk berdoa, and yes, dia membacanya dan berdoa.
Beberapa saat kemudian Danu dan Azis dateng dan cerita kalau mereka habis ikut rapat para penjaga itu. Mereka bilang para penjaga hampir ribut gara-gara masalah ini, dan ternyata kita adalah korban kehilangan ketiga dalam bulan ini di tempat yang sama. Para penjaga udah gerah sama maling yang gak ketangkep-tangkep ini. Makanya mereka sampe ngadain rapat segala. Salah satu penjaga datang ke pos untuk ngobrol-ngobrol sama kita, cerita-cerita, niatnya baik, untuk nenangin kita, dan dia berhasil.
"Gini, kalau seminggu ini nggak ada kabar dari kita tentang barangnya, kalian boleh post tentang kejadian ini di sosial media. Biar orang-orang baca." Kata salah satu penjaganya ke kita.
"Nggak mas, kita ga mau pantai ini sepi gara-gara masalah gini. Kasian penduduk yang jualan disini kalo pantai jadi sepi." jawab gw.
"Iya. Tapi kalian bebas mau cerita bagaimana pun"
Lalu mas satu ini pergi ke warung dan beliin kita minuman, oh my God, baik banget mas ini.
Beberapa saat kemudian kita diajak ke kantor untuk rapat ngomongin semua ini, mereka mau maling ini ketangkep, makanya mereka mau ngelakuin apa aja. Mereka juga merasa bersalah sama kita, jadi mereka mau tanggung jawab.
Kita membicarakan bagaimana caranya nangkep ini maling. Lagi, karena mereka penduduk yang masih percaya dengan hal-hal mistis, kita disarankan untuk pergi ke salah satu 'Orang Pintar' yang ada di Kota Lumajang. Wow, that's so far from here! Tapi, katanya kalau kita kesana pasti ketemu lagi barang yang hilang. Okay, gw percaya nggak percaya, nggak ada salahnya juga nyoba. Tapi karena sudah terlalu siang, nggak mungkin kita berangkat kesana. Akhirnya bapaknya ngasih alternatif untuk ke 'orang pintar' yang ada disekitar Malang Selatan. Okay, accepted. Akhirnya rapat selesai, Sapna nanyain apa yg kita omongin barusan. Bingung ngejelasinnya karena dia nggak ngerti dengan orang pinter-orang pinteran. Tapi gw yakinin dia kalo barangnya akan balik, padahal gw sendiri masih ragu.
Okay, jadi strategi hasil rapat adalah. Kita berpencar ke 3 orang pintar di daerah sekitar. Satu diantara mereka katanya adalah murid dari orang pintar yang ada di Lumajang itu. So they are obviously connected. Danu pergi dengan salah satu penjaga entah ke orang pintar mana, 2 penjaga pergi ke salah satu orang pintar juga, dan gw pergi dengan mas yang baik banget ini ke rumah Pak Haji di daerah Sendang Biru.
ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
Udah nyoba ke Goa cina belom dhik? Kalo ke daerah situ enakan naik motor sih :D Jadi sampe sekarang belom ketemu barang yg hilang? :o
ReplyDelete