Hachu Ho(rrible)liday To Bajul Mati Beach

Hello! Liburan kali ini gw dan temen-temen pergi ke Pantai Bajul Mati yang ada di Malang Selatan. Kali ini kita sekaligus nemenin temen yang dateng dari India, Sapna.

Oke, awalnya kita ragu buat ke pantai. Karena nggak ada yang bisa bawa mobil manual dengan lancar plus jalanan menuju pantainya agak mengerikan. Tapi dengan modal nekat, gw dan Fina test drive menuju Payung yang ada di atas bukit dengan Rusdiana dan Fatimah sebagai korban. Setelah beberapa kali muter, akhirnya lumayan lancar juga bawa mobil manual, tapi Fina masih kurang lancar ngatur kopling saat jalanan menanjak dan kita harus berhenti, pasti mobilnya mati. Fatimah udah teriak-teriak dan maksa supaya besok pagi kita ga usah nyetir dan dia bakal manggilin supir, Fina kekeuh nggak mau.

Setelah test drive, gw sampe kamar sekita jam 1 malem, langsung minum obat tidur 2 tablet dan mencoba untuk tidur. Tapi nihil, gw ga bisa tidur dan melek sampe pagi.
Jam 6 pagi, gw dan Fina pergi ke rumah keluarga yang ditinggali Sapna untuk jemput dia, sementara Fatimah masak untuk makan siang plus sarapan di kosan Fina. Setelah menjemput Sapna, kita langsung menuju kosan Fina dan menjemput Fatimah, Rusdiana, dan Danu (buddynya Sapna). Akhirnya kita jalan dan menjemput satu teman lagi, Azis. Setelah berkumpul semua, kita berangkat menuju pantai sekitar jam 7:35. Oh ya, akhirnya gw yang nekat bawa mobil sampai ke tujuan loh.

Butuh 2-3 jam untuk sampai di pantai yang kita tuju, jalanannya berkelak-kelok dan naik turun. Agak bikin gw deg-degan karena jalanannya juga bikin kita pusing. Di perjalanan Fatimah dan Fina ngobrol dengan Sapna tentang Bollywood, mereka tukeran lagu, nyanyi-nyanyi India, sampe nari-nari ala India. Sapna tergolong orang yang nggak sabaran, entah karena dia bosen di mobil, pusing, atau emang gak sabar mau berenang, karena di perjalanan dia selalu nanya "is it still far?" 3/4 perjalanan sudah berlalu, tiba-tiba Sapna minta berhenti. Yes, she felt dizzy dan mau muntah karena kondisi jalan yang memang lumayan memusingkan. Akhirnya gw berhentiin mobil di pinggir jalan, kita berhenti sekitar 10 menit untuk mencari udara segar. Akhirnya kita lanjut, setelah memasuki hutan dengan background jejeran bukit, Sapna langsung kagum dan bilang "wow, that's beautiful!" dan Fina langsung nyeletuk bilang kalo itu belum apa-apa, nanti pantainya lebih luar biasa. Perjalanan berangkat bisa dibilang cukup lancar ya, karena tanjakannya tidak terlalu curam dan lebih banyak menurun.

Di daerah Malang selatan ini ada beberapa pantai yang bagus-bagus dan masih bisa dibilang perawan, karena sepi. Tinggal pilih aja mau ke pantai mana. Ketika memasuki daerah pantai-pantai ada bukit batu dan sungai air payau yang airnya biru dan membelah jalan kita, tapi belahan sungai tersebut dihubungkan dengan jembatan yang modelnya unik. Kita berhenti sebentar untuk foto. Sayang, kita nggak foto di jembatannya.



Setelah berpanas-panasan sebentar di dekat jembatan untuk sekedar foto dan melihat keadaan sekitar, akhirnya kita melanjutkan perjalanan yang tinggal beberapa menit lagi. Setibanya di pantai, kita masuk dan membayar Rp. 40.000 untuk 7 orang pengunjung ditambah mobil. Setelah memarkirkan mobil, kita turun dan melihat keadaan sekitar. Sepi banget! Cuma ada beberapa rombongan di pantai itu yang bisa dihitung oleh jari tangan. Lalu kita mencari warung terdekat untuk membeli nasi, karena Fatimah cuma memasak lauknya. Abis beli nasi, kita menuju salah satu tempat duduk yang dipayungi di tengah pantai untuk Brunch.







Setelah Brunch, kita duduk-duduk sebentar sambil foto-foto. Hari itu panas banget, pasir pantainya pun seperti berada di atas kompor. Sampai Sapna bilang "This is so damn hot, i never felt this Hot in India." Dan kita cuma kayak yang "Hahahah, udah biasa keleus begini di Indonesia."



Setelah kenyang dan foto-foto, Fina ngajak kita ke the-other-beautiful-side of this beach. Yep. Tempatnya nggak jauh, cuma dipisah oleh satu batu karang besar dari pantai yang sedang kita injak sekarang.

Pantai yang ditunjukin Fina emang lebih sepi, bersih, dan halus pasirnya. Gw langsung buka celana, dan temen-temen pun ngikutin untuk ganti baju dan celana untuk main air sebentar dan foto-foto. Semua gadget, dompet, dan apa pun yang gw punya, gw titipin di dalem tasnya Rusdiana. Sapna, Rusdiana, dan Danu meletakkan tas mereka di samping batu karang besar yang misahin pantai ini tadi, begitu pun Azis dan gw, kita meletakkan celana dan baju disitu.
"Is it safe?" tanya Sapna ke gw.
"Ya. Don't worry, there are some securities here" Jawab gw seadanya.
"Okay. Let's swimming!"

Fina ngajak kita untuk menuju ujung pantai, it took like 20 minutes to get there. Kita jalan sambil main air, sambil foto-foto, sambil ketawa-tawa. Belum jauh dari tas yang kita tinggalin, gw ngeliat ada bapak-bapak berambut panjang, nggak pake baju dan memakai celana biru pendek jalan dari arah batu karang ke arah kita. Gw liatin terus, lalu dia balik lagi dan menghilang. Beberapa menit kemudian saat kita jalan semakin jauh dari pantai, gw ngeliat ada bapak-bapak dengan celana hitam panjang ada di pantai itu juga, gw ngeliatin terus ke arah dia, dan karena gw ga mau kehilangan kesempatan bersenang-senang, ga mau lah gw ngeliatin dia terus dan mengabaikan keindahan pantainya. Ya, kita jalan terus sampe ujung dari pantai itu.



Udara semakin panas karena makin masuk tengah hari. Pasir pantai pun ikut memanas, makanya kita milih jalan dipinggir pantai yang terkena air. Jalan menuju ujung pantai lumayan jauh, bikin capek juga, apalagi panas-panas begitu, tapi akhirnya kita sampai juga di ujung pantai. Di ujung pantai ada bangunan yang entah apa itu fungsinya, gw duduk disitu sama Danu sambil ngadem. Sementara yang lain sibuk main air sambil foto-foto. Fatimah sama Fina pecicilan bukan main, sampe naik-naik ke reruntuhan bangunan di pinggir pantai. Nggak lama, Sapna dateng dan duduk disamping gw karena kecapekan dan kepanasan.


Setelah ngeliatin mereka foto-foto, Sapna ngajak gw balik ke pantai awal. Gw iya-in aja kemauannya karena gw jg capek dan kepanasan banget. Akhirnya Gw ber-5 jalan duluan ke arah batu karang besar, Fina dan Fatimah masih sibuk foto-foto berdua di ujung pantai. Di tengah perjalanan Azis ngajakin balap lari, gw iya-in kemauan dia. Sejurus kemudian gw melesat lari ninggalin temen-temen termasuk Azis di belakang dan dia nyerah. Sampai di tengah perjalanan balik, kita nemu Kepiting yang awalnya kita kira mati, tapi ternyata masih hidup.


Setelah semakin deket sama batu karang besar, "Is my bag still there?" Tanya Sapna dengan tampang panik. "Yes. Don't worry." Jawab gw santai. "But i can't see them there." kata Sapna dengan wajah yang makin panik. Akhirnya gw sama Azis lari ke batu karang besar dan bener aja. Tas Rusdiana dan Sapna udah nggak ada. OMG.

"OMG. Where's my bag? Can we find it, please?!" Sapna ngerengek. Gw bingung juga karena nggak tau harus ngapain.
"Calm down, we're gonna find it. Let's back and ask the people"
Gw, Azis, dan Sapna sampe ke warung tempat beli nasi duluan.
"Bu, liat tas kita nggak tadi?" tanya gw.
"Hah? Tas apa? Memang dari mana?"
"Tas bu. Kita abis dari pantai sebelah, kita taro tas di karang besar gitu, pas balik udah nggak ada"
"Wah nggak tau, coba cepet laporan ke pos deh disana."
"What just she said?"
"We have to go to the security post to ask them."

Di pos penjaga, ada beberapa bapak-bapak sedang asik tidur-tiduran sambil ngobrol.
"Pak, ngeliat tas nggak?"
"Wah tas apa ya?"
"Tadi kita lagi main di pantai, tasnya kita taro di pinggir karang, trus pas balik udah nggak ada"
Bapak-bapak itu langsung bangun dan wajahnya berubah jadi serius.
"Please. Help me to find my bag. Pleasee.." Sapna ngerengek lagi dengan tampang mau nangis.
"Calm down, Sapna. We're gonna find it. Don't worry."
Akhirnya gw ceritain semuanya ke para penjaga pantai itu. Dari kita sampe, makan, ganti baju, liat orang pake celana biru, celana hitam, sampe balik dan tiba di pos. Fina dan Fatimah belum juga dateng pas gw cerita itu semua ke para penjaga, entah mereka lagi ngapain.
"Ayo, kamu inget kan ciri-ciri orangnya kayak gimana? Ikut saya! Kalau kamu ngeliat, langsung tunjuk, biar saya langsung tangkep" kata bapak-bapak itu ke gw sambil nyuruh gw naik ke motornya.

  

Gw diajak keluar pantai oleh bapak itu, melewati jalan besar dan masuk ke hutan-hutan. Ternyata gw diikutin oleh penjaga satunya dari belakang sendirian. Tau-tau motor berhenti, bapaknya lari, gw ikutan lari ngikutin bapak-bapak itu. Penjaga yg di belakang gw pun ikut lari ngikutin kita. Ternyata kita sampe di hutan belakang batu karang besar. Dan boom! Di samping batu karang besar ternyata ada goa kecil, dan di depan goa ada tas Rusdiana dan Sapna yang isinya udah berantakan.
"Jangan disentuh! Biarin tetep begini!" Kata bapak penjaga itu ke gw dan ke temennya.
"Kamu tunggu disini ya, aku sama dia nyari kesana"
Akhirnya gw dan bapak penjaga nyari ke dalem hutan sementara penjaga satunya jagain kondisi tas.
"Kamu masuk hutan ke arah sana, saya dari pantai ke arah yang sama, nanti kita ketemu di ujung" Kata bapaknya ke gw. Tiba-tiba bapak itu lari keluar hutan menuju pantai. Gw lari sendirian di dalam hutan, pelan-pelan gw liat kiri kanan. Deg-degan, kecapekan, bingung, semua campur aduk saat itu. Gimana kalo tau-tau pencurinya dari belakang nusuk gw? Gimana kalo gw dibunuh di dalem hutan itu? Akhirnnya gw beraniin diri buat terus jalan. Tiba-tiba dari dalam semak-semak ada yang bergerak, gw makin deg-degan, gw ambil batu besar, gw lempar ke arah semak-semak itu.
"WOY! SIAPA ITU?!" Gw teriak dengan tujuan supaya bapak penjaga tau lokasi gw, bukan buat beneran nanya siapa itu. Ternyata nggak ada siapa-siapa, gw lari lagi tapi bapak penjaga ga muncul juga. Akhirnya gw keluar hutan dan menuju pantai, ada jejak kaki bapak penjaga itu, gw ikutin dan ternyata dia masuk hutan lagi. Gw liat ke belakang dan bapaknya lari ke arah balik, gw ikutin lari balik ke arah goa.

Di depan Goa bapaknya udah nungguin gw sambil cerita ke penjaga satunya.
"Nggak ada. Ya udah rapihin ini barang-barangnya. Kasih ke temen kamu, kita cek apa aja yang ilang"
Setelah masukin barang-barangnya, gw balik ke pos tadi untuk ngasih tau semuanya. Setibanya di pantai, tampang temen-temen jadi seneng karena ngeliat tas yg gw bawa. Fina dan Fatimah pun udah ada disitu. Ketika diperiksa, ternyata handphone Rus dan Sapna nggak ada, duit mereka pun ludes habis nggak tersisa. Lucky me, gw sempet ngambil hp gw yang ada di tas Rus sebelum lanjut ke ujung pantai, tapi dompet gw juga ada di dalem tas Rus dan ludes uangnya. Uang gw ludes bukan diambil pencuri, tapi emang kosong belum ngambil duit sih :p

Setelah diperiksa, bapaknya nyatet apa-apa aja yang hilang.
- Blackberry Gemini punya Rusdiana
- Samsung entah tipe apa punya Sapna
- US $140
- 8000 Rupe
- Rp. 850 ribu

ya itu semua yang hilang. Bodohnya itu pencuri, tas kamera punya Danu yang ditinggal, isinya masih ada. Padahal ada dompetnya Danu, di celana Danu pun ada Hpnya dan masih utuh nggak keambil oleh itu pencuri. Akhirnya kita diinterogasi lagi tentang bagaimana ciri-ciri orang yang kita liat.
Gw ngeliat bapak-bapak dengan celana pendek biru sedang duduk di depan rumahnya nggak jauh dari pos kita berada. Dia menghisap rokok dengan tenangnya, istri dan anaknya pun ada di depan rumahnya. Gw yakin itu orang yang gw liat tadi jalan di deket tas yang kita tinggal. Yakin banget!

"Orangnya kayak yang dibelakang saya bukan?" tanya salah satu penjaga sambil berbisik.
"Iya, mas. Tapi saya nggak yakin kalau dia yang ambil. Soalnya tadi ada 3 orang yang kesana, dan kita nggak tau siapa malingnya"
"Wah kamu harus yakin. Kalo nggak bener nanti malah jadi fitnah"
"Ya saya kan ga liat jelas, mas. Jaraknya jauh, jadi ga keliatan wajahnya dan bener atau enggaknya dia ngambil"
"hmmmm"

akhirnya kita nggak ngelakuin apa-apa. Jam sudah menunjukan pukul 12:45, sejak tiba di pos jam 11:30 tadi kita nggak melakukan apa-apa lagi selain perjalanan gw ke hutan tadi. Fina panik karena Sapna itu tanggung jawabnya, dia bingung harus berbuat apa, Rusdiana diem aja, Azis dan Danu muter nyari info, Fina ikutan nyari info beberapa saat kemudian, Fatimah ngambil mukena dan milih untuk sholat di masjid terdekat. Gw? Bingung. Ngerasa nggak enak sama Sapna karena gw bilang "it's safe" ke dia, tapi ternyata malah hilang. Akhirnya tinggal gw, Sapna, dan Rusdiana yang ada di pos itu, cuma diem nggak ngerti harus apa.

Kemudian Fatimah dateng sambil cengengesan, dia mencoba menghibur dan menguatkan Sapna, tapi nggak ngaruh. Sapna malah makin sedih. "I don't care with the cash, i just want my phone back" begitu terus rengekkan Sapna. Akhirnya Sapna ngeluarin buku kecil entah itu apa, ternyata itu buku untuk berdoa, and yes, dia membacanya dan berdoa.

Beberapa saat kemudian Danu dan Azis dateng dan cerita kalau mereka habis ikut rapat para penjaga itu. Mereka bilang para penjaga hampir ribut gara-gara masalah ini, dan ternyata kita adalah korban kehilangan ketiga dalam bulan ini di tempat yang sama. Para penjaga udah gerah sama maling yang gak ketangkep-tangkep ini. Makanya mereka sampe ngadain rapat segala. Salah satu penjaga datang ke pos untuk ngobrol-ngobrol sama kita, cerita-cerita, niatnya baik, untuk nenangin kita, dan dia berhasil.
"Gini, kalau seminggu ini nggak ada kabar dari kita tentang barangnya, kalian boleh post tentang kejadian ini di sosial media. Biar orang-orang baca." Kata salah satu penjaganya ke kita.
"Nggak mas, kita ga mau pantai ini sepi gara-gara masalah gini. Kasian penduduk yang jualan disini kalo pantai jadi sepi." jawab gw.
"Iya. Tapi kalian bebas mau cerita bagaimana pun"
Lalu mas satu ini pergi ke warung dan beliin kita minuman, oh my God, baik banget mas ini.
Beberapa saat kemudian kita diajak ke kantor untuk rapat ngomongin semua ini, mereka mau maling ini ketangkep, makanya mereka mau ngelakuin apa aja. Mereka juga merasa bersalah sama kita, jadi mereka mau tanggung jawab.

 Kita membicarakan bagaimana caranya nangkep ini maling. Lagi, karena mereka penduduk yang masih percaya dengan hal-hal mistis, kita disarankan untuk pergi ke salah satu 'Orang Pintar' yang ada di Kota Lumajang. Wow, that's so far from here! Tapi, katanya kalau kita kesana pasti ketemu lagi barang yang hilang. Okay, gw percaya nggak percaya, nggak ada salahnya juga nyoba. Tapi karena sudah terlalu siang, nggak mungkin kita berangkat kesana. Akhirnya bapaknya ngasih alternatif untuk ke 'orang pintar' yang ada disekitar Malang Selatan. Okay, accepted. Akhirnya rapat selesai, Sapna nanyain apa yg kita omongin barusan. Bingung ngejelasinnya karena dia nggak ngerti dengan orang pinter-orang pinteran. Tapi gw yakinin dia kalo barangnya akan balik, padahal gw sendiri masih ragu.
Okay, jadi strategi hasil rapat adalah. Kita berpencar ke 3 orang pintar di daerah sekitar. Satu diantara mereka katanya adalah murid dari orang pintar yang ada di Lumajang itu. So they are obviously connected. Danu pergi dengan salah satu penjaga entah ke orang pintar mana, 2 penjaga pergi ke salah satu orang pintar juga, dan gw pergi dengan mas yang baik banget ini ke rumah Pak Haji di daerah Sendang Biru.



Gw naik motor dengan mas-mas ini ke rumah Pak Haji yang dianggap 'pintar' oleh warga sekitar. Sebelumnya kita mampir ke warung untuk membeli amplop. Damn, gw lupa, gw gak bawa dompet, dan kalau pun bawa, ga ada duit cash disana. Ga mungkin kan pak hajinya nerima debit?
"Mas saya lupa bawa dompet.." kata gw 
"nggak apa, saya punya duit kok" jawab Masnya sambil senyum.
Gile baik banget mas satu ini, kalo dia cewek udah gw pacarin kali. Eh tapi nggak juga, serem jg pacaran sama penjaga pantai. Lanjut nyari rumah Pak Haji itu, akhirnya ketemu juga. Di perjalanan menuju rumah Pak Haji, mas ini udah bilang ke gw untuk ngerekam semua omongan Pak Hajinya, jadi setibanya disana langsung lah gw rekam. Hasil dari Pak Haji ini nihil, dia bilang malingnya bukan warga Bajul Mati dan malingnya udah keluar, kabur. Dan dia juga nyebut tentang Sabtu Pahing gitu, gw kurang ngerti karena mereka berdua ngobrol pake bahasa Jawa. 

Akhirnya gw balik ke Bajul Mati. Sampe di Bajul Mati gw langsung minta duit Fina untuk gantiin uang mas yang dipake untuk ke Pak Haji tadi. Tapi apa? Masnya ga mau uangnya diganti! OMG mereka bener-bener baik banget. Sampe gw paksa pun mereka kekeuh nggak mau nerima, malah nawarin makan, duh baiknya.
Danu belum juga balik dari rumah orang pinter yang dia tuju. Sambil nunggu Danu akhirnya gw ke pantai lagi buat ngilangin stress. Gw foto-foto bareng Azis dan Fatimah. Kemudian Sapna nyusul bareng Fina. Sementara Rusdiana nangis sendirian di pos. Dia cuma pengen ngehubungin Agung dan cerita semuanya. Dan nggak bisa, karena di pantai itu nggak ada sinyal sama sekali. Makanya dia nangis.

Lagi asik foto-foto, tau-tau Rusdiana manggil, katanya Danu udah dateng. Larilah kita balik kesana. Danu dan salah satu penjaga dateng bawa air kembang, beras kuning dengan kembang tujuh rupa, juga dupa. I don't like this things! Kenapa sampe kayak gini sih? Can we just call the police and catch the thieves? Air kembangnya dibagi-bagi ke para penjaga dan mereka semua meminumnya, termasuk Danu. Kata Danu, pencurinya sekongkol dengan salah satu penjaga, makanya mereka semua harus minum itu. Kalo diantara mereka itu bener ada yg sekongkol, mereka akan merasa kasian dengan kita setelah minum air kembang itu dan akan punya pikiran untuk ngembaliin semuanya. God, ini jadi makin membingungkan. Lalu, kata Danu, para penjaga ini harus bakar Dupanya tengah malam nanti, entah supaya apa gw lupa. 

Setelah itu semua, kita ngejelasin Sapna tentang apa yang Danu jelasin, dan dia nangis lagi karena mau henponnya balik. Setelah itu semua, kita pamit untuk pulang ke para penjaga yang lagi berunding. Mereka semua minta maap sama kita, kita juga nggak enak karena merasa udah ngerepotin mereka semua. Mereka baik banget! 

Harusnya bagian pulang adalah Fina yang nyetir, tapi karena dia keliatan capek dan stress, gw gak tega. Jadi gw lagi yang nyetir. Saat mau keluar pantai, portalnya dibukain oleh salah satu bapak penjaga. Bapak itu lalu dateng ke arah gw dan ngasih gw duit 50 ribu. Katanya itu uang tiket masuk kita, mereka balikin. OMG. We don't need this. Really don't need this. Gw balikin ke bapaknya, dia nolak dan langsung masukin ke kantong gw. OMG mereka bener-bener baik banget. Orang kayak begini harus didoakan supaya sehat selalu dan rejekinya lancar. Gw bener-bener bingung apa yg harus gw rasain. Sedih karena kehilangan, atau seneng karena bapak-bapak ini baik semua. 

Perjalanan pulang nggak semulus pas berangkat, karena ada beberapa tanjakan curam yang mengerikan. Beberapa kali mobil nyangkut ditengah tanjakan karena nggak kuat dan mundur hampir nabrak mobil orang. Gw deg-degan tapi harus tenang, kalo nggak ga bakal maju. Sampai gw diteriakin "Goblok!" sama mobil belakang karena hampir nyenggol mobilnya. Tanjakannya bener-bener mematikan dan gw benci itu. Anak-anak dalem mobil panik semua, karena kejadian itu nggak cuma sekali, tapi sekitar 3-5 kali. Sapna kali ini duduk di depan supaya nggak mabok, dia tidur sepanjang jalan, mungkin karena capek. Saat memasuki kota Malang, kita nggak langsung pulang, kita nyari makan dulu karena Sapna juga belum makan dari siang. Setelah memesan banyak makanan, Sapna nangis lagi dan makin kejer. Dia mau balik ke rumah House Family nya detik itu juga, dan akhirnya Fina dan Danu nganterin dia pulang karena gw udah nggak sanggup nyetir. Lemes, belum tidur dari semalam, dan capek. 

Selama Fina dan Danu nganter Sapna pulang, kita cuma diem dan tepar di meja. Rus nangis lagi karena nggak tau harus bilang apa sama mamanya, dan pasti akan kena omelan besar. Semuanya jadi serba salah saat itu. Saat makanan dateng, kita semua udah kehilangan napsu makan, cuma makan 4 suap udah males. Tapi meja makan penuh banget sama makanan, mau nggak mau ya kita makan.
Disitu, gw, Azis, Fatimah, dan Rusdiana, semuanya nggak megang uang cash, ATM jauh dari situ, dan nggak bisa debit. OMG. Untung Azis masih punya simpenan di dompetnya, jadi bisa bayar pake uang dia dulu. Fina sama Danu cukup lama di rumah House Familynya Sapna karena harus menjelaskan semua ke Tante Nunu. Sampe gw telpon Fina beberapa kali untuk nyuruh pulang karena kita berempat udah hampir mati di restaurant karena lemes dan capek. Akhirnya Fina dateng dan kita pulang ke habitat masing-masing. Sampe kosan, cuci kaki, cuci tangan, cuci muka, sikat gigi, tidur. Nggak sempet mandi karena terlalu capek.

Dan sampe sekarang, saat gw nulis cerita ini, kita masih nunggu kabar dari Bajul Mati. Semoga henponnya Sapna dan Rusdiana bisa balik.
Hati-hati, terlalu percaya bisa merusak segalanya. Yang awal niatnya mau seneng, malah jadi senep. 

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

1 comments:

  1. Udah nyoba ke Goa cina belom dhik? Kalo ke daerah situ enakan naik motor sih :D Jadi sampe sekarang belom ketemu barang yg hilang? :o

    ReplyDelete